Islamnya Satu, Hari Rayanya...

22.30.00 jino jiwan 0 Comments


Dari dulu begini terus, begini terus dari dulu. Rukyah hilal rukyah hilal yang tidak pernah bisa jadi satu menemui titik temu. Lucunya yang namanya islam itu hanya satu. Tapi jika ditanya kapan hari rayanya? Nah, ini sih tergantung. Tergantung kamu pengikut ormas yang mana.

Aku sendiri bukan orang yang mengerti bin paham dengan perhitungan apalagi pergerakan bulan, bulan-bulan qomariyah, rukyatul, dan hilal, atau sekian derajat di atas di bawah cakrawala bla bla bla. Sebagai muslim seharusnya aku butuh untuk memahaminya. Hanya saja aku percayakan sepenuhnya pada bapak-bapak ahli agama, fiqih, dan astronomi yang tadi bertempur argumen dalam sebuah majelis resmi membawa-bawa hadith ini hadith itu masing-masing tidak akan serampangan dalam menentukan perkara penting selevel Idul Fitri. Masalah ini jelas serius dan amat krusial karena berkaitan dengan sah tidaknya ibadah puasa. Kalau masih berpuasa di saat semestinya telah masuk 1 Syawal, bisa kena dosa. Sebaliknya kalau tidak berpuasa di waktu yang seharusnya masih Romadon juga sama ketimpa dosa. Sesuatu yang wajib dipertanggung jawabkan nanti di akhirat. 

Yang paling diributkan sepanjang sidang malam itu berputar pada masalah pengamatan bulan dari sejumlah titik di atas bumi. Dan tepat ketika keputusan pemerintah dijatuhkan, sayup takbiran di masjid-masjid mendadak senyap. Meski letusan mercon dan berbagai jenis kembang api terus membahana. 

Bulan cuma satu buah kok diributkan? Yang kumaksud adalah satelit alami bumi bernama bulan (moon). Itu baru satu buah satelit alami yang dijadikan patokan. Bagaimana seandainya bila planet bumi tempat kita bernaung punya lebih dari satu bulan, seperti planet Jupiter atau Saturnus? Memang pada kenyataannya tidak sih, tapi kan tidak ada salahnya berandai-andai. Coba tuh bulan mana yang akan digunakan patokan untuk melihat hilal? Bagaimana jika bulan bumi suatu hari ditabrak asteroid sampai hancur? Atau katakanlah sejak dulu bumi tidak punya bulan. Andai itu semua terlampau ekstrim. Bagaimana jika suatu hari kita semua terpaksa pergi meninggalkan bumi, tinggal di ruang angkasa, hidup di planet lain? Apa perlu kita kembali ke permukaan bumi demi membuktikan hilal bulan telah kasat mata? Hei, tadi itu hanya berandai-andai loh. Tanpa ada maksud menunjukkan keunggulan salah satu metode penentuan pergantian bulan (month).

Tapi setelah kupikir-pikir, ada juga hikmahnya. Hari raya Idul Fitri tahun ini bakal menjadi lebih semarak. Kenapa? Karena ada dua hari berturut-turut. Bahkan kalau sedang punya turah waktu. Sholat Ied pun bisa dilakukan dua kali, sholat versi pertama dan versi kedua. Hanya saja pertanyaan besar masih perlu dijawab. Jika islam hanya ada satu, kenapa hari rayanya bisa ada dua?
Jino Jiwan untuk bebasngetik 29 Ags 11

0 komentar:

9 Kalimat Standar Komentator Sepakbola

19.39.00 jino jiwan 2 Comments

Komentator pertandingan bola pastilah pekerjaan yang menantang, selain harus berwawasan luas, orangnya pun harus piawai dalam mengolah lidah dan mampu bersikap adil, netral dan menekan emosi pribadi. Bayangkan sewaktu penonton di stadion atau televisi bisa jingkrak-jingkrak meluap-luap merayakan gol dari tim idolanya, si komentator harus tetap duduk tenang. 

Kita tahu Indonesia punya komentator (lumayan) bermutu yang wajahnya akrab dijumpai di layar kaca macam Bung Kus, Bung To-Wel, Bung Ro-Pan, atau em…Bung Danur. Namun sayang tidak satupun yang berbakat untuk mengomentari dalam arti memandu jalannya pertandingan secara langsung. 

Kalimat dibawah ini adalah kalimat yang sering kamu dengarkan tiap kamu menonton sepak bola, khususnya bila yang dikomentari adalah pertandingan timnas Indonesia atau klub asal Indonesia di pentas internasional. 

9.  “Pemain bernomor punggung…”. (titik-titik diisi angka yang tertera pada seragam pemain). Kalimat ini tersiar khusus bila komentator tidak tahu nama pemain yang bersangkutan atau nama pada punggung pemain tidak terbaca. Biasanya sih pemain lawan yang diperlakukan “gak adil” seperti ini. Tapi ini bisa dimaklumi mengingat komentator hanya menonton melalui satu panel televisi.

8.  “Maksudnya kepada… yang dituju, tapi masih dapat dibaca oleh…”(titik-titik diisi nama pemain) atau “Umpan yang kurang cermat/tidak akurat tadi”. Kedua variasi kalimat ini untuk mengungkap situasi salah oper antar pemain dalam satu tim dan malah sengaja menghadiahkan bola pada pemain lawan. 

7.  “Salah pengertian tadi”. Ini adalah kalimat YANG PALING SERING terulang untuk menggambarkan pergerakan yang tidak kompak atau menggambarkan pemain yang bingung dengan ulah rekannya atau apa sebenarnya yang mau dilakukan oleh rekannya.

6.  “Bola meninggalkan lapangan, hanya menghasilkan (tendangan gawang/lemparan ke dalam)”. Bola MENINGGALKAN lapangan? Ahayhayhay, emangnya bola itu manusia ya? Sopan sekali istilahnya.

5.  “Shooting langsung..!”. Adalah salah satu contoh penerapan broken english. Digunakan untuk situasi ketika pemain yang frustrasi (atau barangkali kepedean) menendang bola jauh dari luar kotak penalti. Namun sayangnya bola lebih sering mengarah ke atap stadion (jika stadion itu punya atap). Mungkin dikiranya gawang lawan ada di atas sana.

4.  “Berbahaya tadi!”. Jika kata ini sampai terucap hampir dipastikan tidak terjadi apa-apa selain penonton televisi yang sudah setengah mengantuk ikut-ikutan kaget. Situasi pemicu kalimat ini umumnya berupa kemelut di depan gawang atau ketidaksiapan pemain belakang mengantisipasi pergerakan lawan.

3“Masih melebar” atau “Masih belum menemui sasaran tadi”. Rasanya sudah cukup jelas.

2.  “Masih mampu dikuasai/ditepis/ditangkap/ditinju oleh…”. Yang mendapat gelar kehormatan ini adalah pemain bertahan dan kiper. 

1.  “Hahahaha… hahaha” atau varian tertawa lainnya. Terdengar bila timnas atau tim asal Indonesia mampu mencetak gol atau sedang unggul skor. Barangkali kamu tidak perlu dengar suara tawa sang komentator secara terang-terangan sebab nada tawa bahagia juga tersirat jelas dari apapun kalimat yang mereka katakan.
BONUS:
 “……….. >_<” jika gawang timnas kebobolan.

Hanya usul saja sih. Kenapa tidak menyiarkan komentator asli yang berbahasa Inggris saja? Bukankah komentator pertandingan yang berbahasa Inggris menimbulkan kesan bahwa pertandingan ini lebih serius dan profesional dan internasional plus lebih netral? Tidakkah kamu juga penasaran ingin mendengar nama-nama pemain timnas atau tim asal Indonesia dilafalkan oleh komentator bule? ...Atau malah tidak?
Oleh Jino Jiwan untuk bebasngetik.blogspot.com

2 komentar:

3 Hal Yang Sering Disalahkan Pemain Bulutangkis

19.33.00 jino jiwan 0 Comments


Pemain bulu tangkis di manapun dari manapun pasti akan melakukan hal-hal berikut yang barangkali kamu cermati mungkin pula kamu abaikan di tiap pertandingan, entah itu lokal atau pun berskala antar bangsa. Semuanya terjadi murni berdasar situasi yang melibatkan kombinasi antara mati langkah, kaget, pengembalian kok yang tanggung, smash, netting, atau shot yang buruk.

Menyalahkan raket. 
Pemain bulu tangkis terbilang sering menimpakan dosa pada raket. Malah nyaris seluruh pemain melakukan ini. Kurang dari sedetik setelah pukulannya keluar melambung gak tentu arah, pemain ini akan memelototi raketnya (yang baru beberapa menit dipakai) dengan tatapan penuh curiga. Seakan ada yang menyabotase raket. Padahal yang salah apalagi jika bukan pukulannya sendiri. Raketnya sih masih baik-baik saja, tidak ada yang tidak beres. Buktinya masih terus dipakai sampai akhir.










Menyalahkan Kok (Shuttle Cock). 
Kok adalah hal kedua yang paling sering disalahkan dan paling sering diganti dalam satu pertandingan. Kita semua adalah saksi dari seringnya kok digonta ganti sedikit-sedikit, kita juga bisa menyaksikan walau sekilas (tentu saja kita tidak benar-benar tahu) betapa kok-nya masih kelihatan bagus. Bisa dibayangkan berapa kok yang sudah jadi korban mereka? 











Menyalahkan Lapangan
Pemain bulu tangkis yang kerap terbang ke sana ke mari berjibaku kepayahan melompat menyambut pukulan lawan tak jarang juga jatuh terjerembab. Dan mereka segera menuduh lapangannya terlalu licin. Padahal penyebabnya bisa jadi keringat mereka sendiri. 








Honorable Blaming:
AC dan angin dalam gor (stadion). Semburan udara dingin juga tak urung disalahkan sebagai penyebab gerakan badan jadi kaku alias tidak luwes sebaliknya jika AC-nya tidak berkerja dengan benar juga disalahkan karena bikin si pemain jadi kegerahan. Sementara angin yang nyelonong masuk lewat ventilasi kerap dikambing hitamkan atas melencengnya kok yang dipukul ke arah lawan. Haduh haduh.

Yah, apapun itu alasannya nonton bulu tangkis tetap menyenangkan dan amat sangat menegangkan apalagi kalau timnas bulu tangkis Indonesia yang bertanding.
Cheers!.

0 komentar:

Membaca Perangko Muhammadiyah Bagian 2

22.05.00 jino jiwan 0 Comments

Ketikan ini adalah lanjutan dari Membaca Perangko Muhammadiyah Bagian 1


Visualisasi Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta ini tidak lepas dari usaha pembingkaian suatu peristiwa penting di masa lampau yang mempunyai tujuan atau penyampaian pesan tertentu. Beberapa objek dalam gambar masjid pada perangko tampak sangat berlainan dengan kenyataan di lapangan. Selain penghilangan ‘objek pengganggu’ seperti telah diungkap di atas. Terdapat sejumlah keganjilan.

Perbandingan gapura masjid Kauman Yogyakarta.
Jika dicermati gapura pada gambar masjid dalam perangko (gambar kanan-atas) berbeda dengan gapura Masjid Kauman yang dikenal sekarang (gambar kanan-bawah). Gapura pada perangko tampaknya malah mengacu ke masa awal keberadaan masjid yang menampilkan gambar daun Kluwih dan Gadha bukan masjid seperti yang dikenal saat ini dengan hiasan jam dan lambang Keraton. Terlihat jelas ada kesesuaian bentuk gambar gapura pada perangko dengan tampilan gapura pada tahun 1888 seperti pada gambar sebelah kiri-bawah. Gambar yang sama pula dengan gapura pada 1925 (tengah-bawah), atau dua tahun setelah Dahlan wafat. Sayang tidak ditemukan dokumentasi wujud masjid pada awal berdirinya di 1773, sehingga tidak benar-benar terbukti apakah masjid pada perangko berusaha menyamai fisik masjid ketika itu. Daun kluwih sendiri bermakna linuwih atau punya kelebihan yang sempurna, sementara gadha berarti tunggal/hanya mengakui keesaan Allah SWT.

Tanda tanya yang kemudian muncul adalah, jika memang masjid dalam perangko berupaya tampil seperti tahun awal-awal berdirinya. Kenapa muncul batu penanda di sisi kiri gapura di depan pagar pada gambar di perangko? Padahal berdasarkan penelusuran dari sejumlah dokumentasi yang tersedia. Batu penanda ini sendiri baru muncul pada tahun 2010. Seperti terlihat pada gambar. Tahun 1888 batu tersebut jelas belum ada, bahkan dari gambar yang diambil tahun 2009 batu penanda itu juga belum ada.

Yang perlu jadi perhatian adalah batu ini bukan batu peresmian seperti masjid pada umumnya yang dibubuhi tanda tangan orang penting, namun lebih mirip batu pemberitahuan informasi tentang masjid di belakangnya.

Batu penanda tersebut berisi informasi sebagai berikut:
Masjid Raya Kauman
Masjid Raya Daerah Istimewa Yogyakarta
Masjid Kagungan Dalem Karaton Nyayogyakarto Hadiningrat
The Grand Mosque of The Royal Palace of Yogyakarta
Cagar Budaya Nasional : Monumenten Ordonantie n.238/1931 
Dibangun pada/built on : Ahad/Sunday 29 Mei 1773


Tahap kemunculan batu penanda di masjid.
Jadi apa itu Monumenten Ordonantie? Apa hubungannya dengan Masjid Kauman sebagai cagar budaya nasional ala penjajah Belanda yang kala itu tengah mencengkram Indonesia? Melawan dan bangga atas apa?

Dari sebuah penelusuran tentang Monumenten Ordonantie n.238/1931 terungkap fakta bahwa pada 1900, benda-benda warisan budaya Indonesia yang dipamerkan dalam Pameran Kolonial Internasional di Paris ternyata mendapat perhatian yang luar biasa dari khalayak Eropa. Sehingga mendorong pemerintah kolonial Belanda untuk menggiatkan lagi komisi bernama Commisie in Nederlandsche-Indie voor Oudheidkundige Orderzoek op Java en Madoera yang diketuai J.L.A. Brandes. N.J. Krom, yang menggantikannya pada 1910 menganggap bahwa pengelolaan warisan budaya di Indonesia akan lebih mudah jika Komisi tadi ditingkatkan menjadi Jawatan atau Dinas dengan diperkuat oleh para peneliti arkeologi dan sejarah yang handal.

Atas desakan Krom, pada tanggal 14 Juni 1913 pemerintah kolonial Belanda mendirikan Oudheidkundige Dienst in Nederlandsche-Indie (Jawatan atau Dinas Purbakala di Nederland-Indie). Peran pemerintah kolonial menjadi semakin kuat dengan ditetapkannya Monumenten Ordonnantie Nomor 19 tahun 1931 Staatblad 238 demi menjamin akses mereka terhadap warisan budaya milik bangsa Indonesia. Sejak itu, semua urusan yang berkaitan dengan warisan budaya di Indonesia, termasuk upaya untuk mengumpulkan, mendaftar, meneliti, serta melestarikan, dan memanfaatkannya menjadi urusan negara. Tak terkecuali Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta yang masuk kategori Benda Cagar Budaya.

Persayaratan untuk digolongkan sebagai benda cagar budaya, yaitu telah berusia 50 tahun atau lebih, yang kekunoannya dan keasliannya telah teruji. Demikian pula ditinjau dari segi estetika dan seni bangunan harus memiliki mutu cukup tinggi dan mewakili gaya corak-bentuk seni arsitektur yang langka.

Melihat fakta tersebut dapat disimpulkan bahwa penyeleksian sejumlah objek dalam gambar masjid pada perangko, seperti penggunaan gapura gaya lama adalah upaya untuk mengomunikasikan bahwa masjid pada gambar perangko adalah masjid kuno Kauman yang masih asli seperti saat Dahlan baru mengawali perjuangannya sebagai guru ngaji di masjid tersebut. Atau setidaknya ingin menunjukkan masjid yang sama dengan masa ketika Dahlan masih hidup sebagai khotib Amin dan ketua Persyarikatan Muhammadiyah.

Sementara fakta yang tertera pada batu penanda bahwa masjid dibangun pada 1773 dan dimasukkan(diakui) kolonial Belanda sebagai cagar budaya adalah wujud kebanggan bahwa masjid ini sampai diakui sebagai cagar budaya oleh Belanda, yang saat itu telah berusia 150 tahun. Namun juga sekaligus wujud penolakan dari klaim Belanda dengan aturan Monumenten Ordonantie nya lewat penegasan bahwa masjid ini milik Keraton Yogyakarta.

Penelitian oleh :  Restu Ismoyo Aji (aka. Jino Jiwan) pada 2010.

Untuk menyimak artikel jurnal DeKaVe ISI Yogyakarta klik di sini.


Sumber:
Nashir, Haedar, Muhammadiyah Gerakan Pembaruan, Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2010.
Soerjono, Filateli Dunia Penuh Warna, Jakarta: PT Pos Indonesia, 2009.
antaranews.com []corlena.wordpress.com [] id.wikipedia.org/wiki/Muhammadiyah [] lazismu.org/muhammadiyah-corner [] muhammadiyah.or.id [] oase.kompas.com [] pda-id.org/library [] publikasi.umy.ac.id/index.php/hukum/article/viewFile/1736/187 [] republika.co.id [] suaramerdeka.com [] tempointeraktif.com [] umj.ac.id [] umm.ac.id [] umy.ac.id


0 komentar:

Desain Komunikasi Visual dan Hak Cipta

01.52.00 jino jiwan 0 Comments

Salah satu kasus pelanggaran hak desain produk. perusahaan yang bersangkutan memuat permohonan maaf di sebuah harian nasional ternama pada Juni 2010.

Mendesain bukanlah pekerjaan yang mudah tapi membajaknya bukanlah hal yang sulit. Inilah yang menjadi ujian, godaan, sekaligus tantangan terhadap tingkat kreatifitas bagi seorang desainer terutama desainer komvis. 

Seorang desainer komvis dituntut agar dapat melihat inti permasalahan yang dihadapi, memahaminya, mengidentifikasi, menganalisa, lalu mengusulkan pemecahan terhadap masalah tersebut. Desainer, tak ubahnya seperti penjual jasa lainnya, seperti penjahit pakaian, ahli mesin bengkel, ataupun pekerja rumah tangga. Desainer komvis pun juga menjual jasa, serangkaian jasa pemecahan masalah melalui media visual. Perbedaannya desainer komvis harus mampu berpikir kreatif, mencipta ide lalu menjualnya, mengubahnya menjadi sesuatu yang mampu menghasilkan nilai tambah dan berarti. Kemampuan ini harus disertai dengan kemampuan melihat dari sudut pandang yang berbeda, misalnya mampu mengerti apa yang dirasakan konsumen atau pelanggan. Desainer juga harus mampu menanamkan jiwa atau filosofi dalam setiap karya desainnya. Dengan begitu diharapkan desainer komvis tidak hanya menjadi tukang yang tinggal menerima perintah dalam istilah kasarnya. 

Jelas tergambar dari sini bahwa untuk mendesain itu diperlukan serangkaian proses yang rumit dan panjang hingga sampai ke tahap konsep atau karya jadinya. Patut disayangkan bila proses rumit dalam desain menjadi tidak dihargai oleh orang lain yang belum memahaminya. Sehingga beberapa orang dengan begitu mudahnya cenderung meremehkan proses kerja dari otak kreatif dan memakan waktu lama itu. 

Perkembangan minat masyarakat terhadap dunia desain komvis, terutama di kalangan generasi mudanya. Secara garis besar sebenarnya merupakan hal yang positif, tapi di sisi lain malah memperketat persaingan yang tidak sehat. Baik di antara para desainer maupun di kalangan lembaga pendidikan sendiri. Lembaga pendidikan negeri maupun swasta yang berhubungan dengan dunia seni maupun yang tidak berlomba untuk menyelenggarakan program studi desain grafis atau sekarang dikenal sebagai Desain Komunikasi Visual. Sementara untuk dapat mencantumkan gelar sarjana dalam seni, seorang harus makan waktu studi 4-5 tahun. Seseorang yang belajar di tempat kursus program desain hanya cukup menghabiskan 1 tahun, dengan embel-embel siap kerja. Pendidikan desain yang asal-asalan ini kemudian menghasilkan desainer amatir yang kurang pengalaman. 

Para desainer jenis ini pada umumnya bersedia melakukan apa saja untuk meraih pekerjaan mendesain. Mereka juga malas untuk melakukan riset mendalam dan hanya mengandalkan komputer dan internet untuk mencari data pendukung. Kerasnya persaingan dan ketatnya dead line kadang membuat desainer lekas merasa kehabisan ide, bukannya melihat desain lain untuk mencari inspirasi demi menciptakan sesuatu yang baru. Malah mereka menirunya nyaris sama persis atau menjiplaknya. Sementara sebagian desainer bersungguh-sungguh dalam pengerjaan sebuah desain. Beberapa desainer cukup merubah sedikit elemen-elemen pada desain karya orang lain agar penampilan tampak berbeda atas nama adaptasi. Akibatnya secara tidak disengaja ataupun disengaja gaya desain mereka akan terlihat sangat mirip.

Dalam desain grafis juga dikenal istilah free pitching di mana sejumlah awak desainer atau agensi dikumpulkan untuk menyediakan solusi visual kreatif sebuah masalah yang dihadapi klien. Desainer diminta unjuk gigi demi memperoleh pekerjaan dari klien. Acara ini semacam tender atau lelang atau mungkin lebih mirip sayembara berhadiah tapi tanpa kepastian siapa pemenangnya. Desain paling baik dari seorang desainer grafis belum tentu terpilih, terkadang yang terpilih adalah yang mampu memberi harga terhemat. Masalahnya klien sendiri kadang cukup sering mencomot ide dari beberapa desainer yang dianggap potensial dalam forum free pitching tadi. Dengan beberapa modifikasi diklaimlah ide itu menjadi milik mereka. Ide tersebut lalu diberikan pada pemenang pitching untuk digarap lebih lanjut.

Itulah yang membuat kegiatan ini agak sia-sia dan menyita waktu yang seharusnya bisa dialokasikan untuk mengerjakan hal lain. Bukan hanya dari segi waktu, desainer juga dirugikan dari sisi kreatifitas. Anehnya beberapa desainer atau agensi baik yang amatir maupun yang sudah matang ada saja yang bersedia berpartisipasi dalam ajang perugian ini. Lihat betapa mudahnya ide yang merupakan hasil proses kreatif otak dicuri begitu saja. Sekaligus menunjukkan bahwa klien amat tidak menghargai pekerja desain.

Sayangnya Hak cipta hanya melindungi pencipta atas karya seni atau desainnya. Tapi tidak idenya, sebab ide yang termasuk kategori abstrak tidaklah dilindungi oleh UU Hak Cipta. Seseorang tidak dapat menuntut seorang lainnya atas dasar pencurian ide. Apalagi jika ide hanya mirip, tidak total sama persis. 

Masalah ini tentu bisa menjadi sumber rasa frustasi dan sakit hati dari desainer terutama mereka yang mementingkan orisinalitas ide dalam berkarya. Walaupun sebenarnya yang harus dilakukan seorang desainer bila ingin menyelamatkan idenya cukup dengan menungkan ide itu dalam bentuk kongkrit. Catatan, sketsa, gambar, atau desain nyata, adalah beberapa contoh yang dapat menyelamatkan idenya sebagai aset pribadi yang bisa dilindungi dan berkekuatan hukum. Walaupun belum didaftarkan pada kantor hak cipta.

Penuangan ide dalam bentuk konkrit juga tidak otomatis membuat penanganan akan pembajakan lantas menjadi mudah. Pada era digital saat ini karya yang sudah terpublikasi luas, tetap memiliki peluang besar untuk dijiplak. Mungkin karena kekurang sadaran akan hak cipta orang dapat dengan mudahnya mengkopi lalu menyalin tanpa merasa perlu untuk minta ijin atau memberii kredit pada yang bersangkutan. Terlebih jika penjiplakan ini berjarak waktu dan tempat. Maka akan sangat sulit untuk dilacak kebenarannya. Namun, setidaknya si pemilik karya bisa memperkarakan para pelanggar hak cipta tentu dengan disertai bukti yang kuat. 

Dengan adanya pembajakan maka hanya akan muncul dua pilihan bagi desainer yaitu, terus bertahan dan tetap berkreasi atau malah jadi malas berkarya. Seorang desainer yang kreatif dan penuh solusi pasti akan selalu memilih yang pertama. Mengedepankan inovasi, berhasrat tinggi mencari ide-ide baru untuk mengatasi karena kejenuhan akan suatu desain yang sudah dijiplak secara luas.

Penting bagi desainer untuk terus meningkatkan kualitas kekreatifitasan dengan tetap menjujunjung tinggi nilai orisinalitas dari karyanya. Desainer perlu menjadi seorang generalis yang menguasai banyak aspek desain. Tidak harus tahu segalanya mendetail, tapi ini akan menjadi nilai tambah positif. Seorang desainer yang menguasai multi aspek akan jauh lebih mudah dalam tetap menghasilkan inovasi-inovasi baru. 

Yang perlu diperhatikan oleh desainer atau agensi sebelum memulai sebuah proyek harus dipastikan bahwa proyek itu adalah penunjukkan langsung dari klien atau lebih baik lagi si pembuat keputusan terkait. Untuk mencegah terjerat dalam free pitching dan pencurian ide seperti di atas. Setelah itu dipastikan lagi bagian mana dari desain yang nantinya bakal menjadi hak milik klien dan mana yang nanti akan tetap menjadi hak milik si desainer.

Di samping itu perlu juga ditanamkan rasa saling menghormati yang bisa dimulai dari dalam diri tiap desainer untuk berusaha memakai software asli keluaran pengembangnya demi menghargai hak orang lain, lalu menerapkan etika untuk tidak mencontek karya orang lain. Jika sudah menghormati diri sendiri dan menghormati hak orang lain. Maka orang lain pun akan mulai menghargai seorang desainer sebagai profesi yang layak dihormati dan tidak disepelekan. Sekarang terserah pada masing-masing pribadi untuk mulai menumbuhkan iklim saling menghormati ini.

oleh JinoJiwan untuk Bebas Ngetik

0 komentar: