Penyakit Manusia Gaul Ibu Kota #1

22.45.00 jino jiwan 0 Comments


Sekarang,...’terima kasih’ pada manusia-manusia gaul ibu kota, punya akun twitter seakan menjadi kewajiban dan bagian dari nggaya hidup. 

Aku berhenti membaca artikel di sebuah kolom “Kompas” gara-gara separuh artikel isinya kebanyakan menyebut konco-konco twitternya. Ini artikel, apa ajang pamer teman twitter sih? 

Sebagai orang yang bernapas di zaman peralihan teknologi tentu aku bukannya tidak punya akun twitter, hanya saja aku dalam tahap bingung. Sampai sebegitu pentingkah untuk terus menyebut akunnya. Sebegitu layakkah untuk ‘mengikuti’ seseorang? Membuat orang itu ngerasa penting dan ngerasa sangat hebat untuk punya...katakanlah sekian juta pengikut?

Twitter juga cenderung membuat orang ngomong singkat-singkat dan bawaannya nyombong. Terus kenapa kalau punya follower segitu? 

Di kolom dimana biasanya profesi seharusnya dituliskan malah terpampang akun twitternya. Jadi mungkin besok jika seorang pembecak dijadikan narasumber dalam sebuah berita, yang tertera selain namanya adalah juga akun twitternya.

Pembawa acara, pembawa berita, pelawak berdiri, semua memasang akun twitter di bawah namanya. Seolah jadi orang paling layak untuk disembah dengan mengharap orang lain untuk ‘mengikuti’nya.
Orang mamerin twitternya sama seperti pemilik BB kesiangan yang mamerin pin BB-nya. Aku pernah tau-tau dapat sms dari seorang teman yang isinya “ini nomor BB gue”. Hah? Apa mask-udmu, Saudara? Bukannya tanya dulu apa aku punya BB atau tidak. 

Beba bebe, siapa juga yang punya BeBe? Apalagi cuma buat nggaya. Alasan saja itu biar tidak gagap teknologi. Paling banter juga cuma buat sms-an, teleponan, nge-net(itu juga pakai paket murah kan?), dan untuk jepret sini sana. Jika seperti itu adanya pakai saja hape biasa dan beli kamera digital khusus yang lebih bagus hasilnya dari pada hape merek apapun. Akui saja kalau Saudara ngeluarin dan pegang BB itu di muka umum, pasti ngerasa hebat dan bangga kan? Jadi bukan sadar teknologi yang Saudara kejar, tapi ya nggaya itu tadi.

JinoJiwan untuk Bebas Ngetik

0 komentar: