Tren White Coffee, Apa sih White Coffee itu?

19.57.00 jino jiwan 0 Comments

Belakangan ini white coffee mendadak menjadi tren. Pabrikan kopi di Indonesia berlomba meluncurkan produk white coffee ke pasaran, termasuk dari dua produsen besar pemilik merek Kopiko dan Kapal Api. Menurut klaim di iklannya, kopi putih ini baik untuk lambung; rendah asam, gak bikin deg-degan, dsb. Tapi memang begitulah tabiat produsen, tukang membuat sensasi, tukang bikin tren. Tulisan ini bukan mau mencaci benar tidaknya klaim tersebut, karena bukan wilayahku juga. Satu yang perlu ditonjolkan dalam tren ini adalah bahwa segala yang dijual sebagai produk untuk kesehatan, termasuk makanan dan minuman, termasuk tentu saja kopi, hampir pasti akan meraih perhatian khalayak, iya kan? Sama halnya dengan tren minuman teh hijau botolan. Kalian bisa menemukan barangkali belasan merek di toko terdekat. Produk kopi putih ini tak luput dari tuduhan tersebut.

sumber gambar : es.123rf.com
Tapi alangkah enaknya kalau sebelum masuk lebih jauh, kita mulai dari pertanyaan: Apa sih sebenarnya white coffee ini? Jujur saja aku bingung, di internet yang biasanya sangat bisa diandalkan ternyata tidak banyak informasi yang menenangkan, informasinya terlampau simpang siur. Semula aku meyakini bahwa white coffee diperoleh dari biji kopi dalam kondisi under roasted, maksudnya tidak terlampau ‘gosong’, mirip dengan biji kopi yang tampak pada kemasan white coffee, putih kuning kecoklatan. Masalahnya menurut salah satu sumber yang kubaca biji kopi yang tidak betul-betul terpanggang sulit digiling menjadi serbuk.

Jika ditengok pada komposisi dalam kemasan-kemasan kopi putih di pasaran yang tertera hanyalah: kopi instan, gula, krimer nabati atau susu skim. Ini artinya sama saja dong seperti kopi 3 in 1 dalam kemasan baik instan maupun kopi-berampas yang mudah dijumpai di manapun. Jadi sebenarnya patut dipertanyakan. Apakah perbedaan kopi putih dengan kopi susu hanya dari segi komposisi, dimana kandungan kopinya lebih sedikit dari pada krimer atau susu? Apa itu sebabnya kopi-kopi putih ini perlu tambahan perisa kopi? Toh, seduhannya juga sama-sama kecoklatan, persis seperti kopi krimer atau kopi susu pada umumnya.

Dari penelusuran lebih lanjut, ternyata istilah white coffee memiliki variasi makna. Di Amerika Serikat white coffee digunakan untuk menyebut kopi yang warnanya tidak sepekat kopi biasa dengan cara menambahkan lightener ke dalamnya, seperti susu atau krimer. Ada istilah lain, flat white yang berasal dari Australia dan Selandia Baru, sebutannya berasal dari Sydney, berupa kopi espresso yang ke dalamnya ditambahkan foam susu steam tanpa busa. Katanya sih sama kaya latte, tapi lapisan susunya lebih tipis, maka itu disebut flat, beda dengan cappuccino yang ber-foam tebal.

Satu versi lain menyebutkan kopi putih ini—yang konon berasal dari kota Ipoh, Malaysia—memang kopi yang cara pemanggangannya tidak sama dengan kopi reguler, lebih lama durasinya dengan suhu rendah (ada sumber yang mengatakan durasinya justru singkat). Pemanggangannya hanya memakai tambahan margarin tanpa ditambah gula (menghindari karamelisasi). Karena itu warna yang dihasilkan tidak sepekat kopi reguler yang cenderung cokelat kehitaman. Cara pemanggangan ini membuat biji kopi berwarna kuning-kecoklatan, (jadi benar lah dugaanku di awal). Kadar kafeinnya juga lebih tinggi, karena kadar kafein justru makin berkurang seiring tingginya suhu pemanggangan, namun katanya kandungan kafein justru bergantung pada jenis biji kopi bukan pada proses pengolahan.

Nah, sekarang mungkin tugasnya para peneliti, ilmuwan, untuk mengecek kebenaran soal “rendah kafein” atau “low acid”, sebagaimana klaim masing-masing merek.

Sumber data dicomot dari sini dan sana:
coffeefaq.com ; ehow.com ; en.wikipedia.org ; fivesenses.com.au ; hindustantimes.com ; nymag.com ; wisegeek.com

0 komentar:

Joe Taslim, Jah, dan Fast Furious 6: Sebuah Konspirasi

02.47.00 jino jiwan 20 Comments



Sebagai sesama orang Indonesia aku—kita-kita tentu turut senang ada aktor Indonesia yang main di film buatan Hollywood. Ada Iko Uwais yang katanya bermain di film Man of Tai Chi, walau belum jelas kebagian peran apa, dan Johannes Taslim atau Joe Taslim yang main di Fast Furious 6 sebagai tangan kanannya penjahat. Keduanya nyaris pasti terpilih berkat penampilan di film berbahasa Indonesia paling keren sejauh ini, The Raid.

Hanya satu pertanyaanku jauh sejak filmnya belum tayang, yaitu soal nama tokoh yang diperankan oleh Joe Taslim, “Jah”, begitulah informasi dari laman imdb. Nama macam apa Jah itu? Pertanyaan ini aku lontarkan juga di forum imdb di bagian aktor Joe Taslim. Karena terdengar cukup mencurigakan. Aku pun mencari via, apalagi kalau bukan Google, dengan berbagai varian kata kunci, dan aku sih cukup terkejut dengan hasilnya.

arti nama Jah
Jah adalah nama yang berasal dari bahasa hebrew, kependekan tetragramaton YHWH atau disebut Yahweh atau Jehovah, tuhannya bangsa Israel kuno, yang asal mulanya adalah nama dewa perang. Kata ini berasal dari kitab Perjanjian Lama. Sebetulnya cukup dekat dengan kata “Hallelujah”, terpujilah Jah, terpujilah tuhan. Jah dekat juga kaitannya dengan pergerakan Rastafaria, ideologi spiritual asal Jamaika sekitar 1930an. Awalnya muncul dari pemujaan terhadap raja Etiopia, Haile Selassie (Rastafaria berasal dari namanya sebelum dinobatkan) sebagai perwujudan Jah yang dalam artinya adalah “yang selamanya” “Abadi”, alias tuhan.

Yang juga mengejutkan adalah Joe Taslim secara tersirat memerankan tokoh yang berasal dari Indonesia. Ini terungkap karena mas Joe sendiri sempat ngomong dalam bahasa Indonesia dan uniknya diizinkan oleh sutradara film, Justin Lin. Sebenarnya ini kejutan yang menyenangkan buat kita orang Indonesia. Karena sebelumnya aku menduga Joe Taslim yang garis mukanya agak Asia Timur itu bakal memerankan karakter asal Jepang atau China dan sedikit bicara. Anehnya jika memang Joe Taslim memerankan orang yang berasal dari Indonesia tentu ada ribuan nama yang bisa dipilih. Nama yang masih terasa Indonesia-nya sekaligus terdengar nyaman di kuping internasional.

Layak untuk dicuatkan pertanyaan, apa maksud dari pihak Hollywood memilihkan nama “Jah” untuk karakter yang diperankan Joe Taslim, seorang aktor Indonesia (terlepas dari agamanya apa) yang berakting sebagai orang yang memang berasal dari Indonesia—negeri mayoritas muslim—yang dikenal sangat anti-Israel, anti-zionis (tapi sepertinya gak anti-Google:-). Dimana pemerintah kita sendiri dan sejumlah ormas yang...yah kita tahu sendiri, begitu mendukung berdirinya negara Palestina dan lenyapnya Israel dari peta Bumi. Bahkan pernah dalam Pra Piala Dunia 1958 timnas Indonesia memutuskan untuk mengundurkan diri dari pada harus berhadapan dengan Israel demi menghormati Palestina. Ada apa di balik Jah-nya Joe Taslim ini? Aku yakin kita semua punya jawabannya. Pertanyaan ini akan tetap menggantung dan akan tetap ada untuk dipertanyakan. Mengapa?

Sumber argumen:
Yap, hanya dari en.wikipedia.org dan urbandictionary.com juga 123hallelujah.wordpress.com

20 komentar: