Gua Selarong yang Kehilangan Auranya

18.58.00 jino jiwan 0 Comments

Diponegoro yang putih naik kuda hitam
Siang nan terik dan langit cerah sewaktu kaki memasuki gerbang salah satu situs sejarah penting di Yogyakarta. Panasnya matahari daerah istimewa ini langsung disejukkan oleh pohon-pohon rindang di area gua Selarong. Seketika itu juga ingatan pelajaran SD, IPS Sejarah tentang perjuangan Pangeran Diponegoro melawan Belanda bermain di dalam benak. Dahulu aku membayangkan gua Selarong pastilah tempat yang hebat. Tersembunyi, di area hutan lebat, guanya besar, dan ada tempat terbuka untuk rapat militer. Tapi memang yang namanya membayangkan itu kerap jauh lebih hebat daripada kenyataan. Yah, harus kubilang gua Selarong tidak sehebat itu. Setidaknya kesan itulah yang terekam dari tampilan luarnya.

Air terjun, penyelamat gua Selarong
Objek (wisata?) gua Selarong, atau lebih pas disebut “situs sejarah” gua Selarong letaknya tidak jauh dari kota Yogyakarta. Masuk ke wilayah kabupaten Bantul, gua ini mudah dicapai dengan kendaraan pribadi. Tinggal menyusuri jalan dan perhatikan penunjuk arah. Maka gerbangnya sudah bisa terlihat dari tepi jalan aspal. Area situs gua Selarong yang nyempil di di antara rumah dan ladang penduduk sekitar ini bolehlah dibilang luas. Ada tambahan objek unik berupa air terjun, lumayan buat foto-foto. Setidaknya sekarang pengunjung jadi tahu bahwa pemilik nama kecil RM. Ontowiryo tidak akan sulit memperoleh pasokan air, karena ada dua aliran sungai mengapit di kanan kiri gua.

Gua Selarong terdiri dari dua buah ‘gua’, satu diberi nama Gua Kakung, letaknya di sisi barat, satunya lagi dinamakan Gua Putri, hanya beberapa meter di sebelah timur Gua Kakung. Kenapa kusebut ‘gua’ (dengan tanda kutip)? Tidak perlu membayangkan gua ini sebesar gua Gong atau Tabuhan di Pacitan. Karena menurutku sebuah lubang yang dalamnya hanya kurang dari dua meter dengan tinggi tidak sampai dua meter menjorok di bawah bukit karang tidaklah tepat bila didefinisikan sebagai gua. Lebih seperti bolongan atau lubang dangkal yang agaknya dipahat. Aku tidak yakin apa gua ini dahulu sudah tampak seperti itu.

Gua kakung dan Gua Putri
Sebagaimana keterangan pada sebuah papan kayu yang ‘dilukis’ secara manual di luar gua. Gua Kakung yang lebih kecil dulunya ditempati oleh Pangeran Diponegoro, sedangkan Gua Putri yang lebih lapang ditempati oleh selir beliau RAy. Retnoningsih semasa Perang Jawa berkecamuk. Jadi kedua gua ini berfungsi bagai kamar bagi keduanya. Memang sih konon katanya mulut gua merupakan pintu masuk untuk menembus dimensi lain di perut bukit (serem juga ya?). Itu sebabnya pasukan Belanda tidak kunjung bisa menemukan markas putra Sultan HB III ini, mereka hanya berputar-putar saja di hutan tanpa hasil. Belum lagi ulat-ulat yang merayap-rayap menggerombol di berbagai sudut, terutama di mulut gua, yang barangkali saja ikut berkontribusi menipu Belanda, macam kisah Nabi Muhammad yang sembunyi dalam gua Tsur bersarang laba-laba dari kejaran orang-orang Quraisy. Sayang romantisme berbau mistis ini gugur akibat salah polesan.

Ada Taman Kanak-Kanak di sini? 
Iya, salah polesan. Ada yang salah dengan tempat ini. Area situs sejarah ini kacau konsepnya. Jujur aku tidak mengerti mengapa tempat yang punya nilai sejarah tinggi seperti ini pakai menyediakan tempat bermain anak-anak segala, mulai dari ayunan, jungkat jungkit, hingga tangga melengkung (gak tahu namanya apa). Apalagi letak area bermain ini begitu dekat dengan kedua gua. Apa tujuannya coba? Supaya kesan angker tidak nampak lagi atau bagaimana? Yang ada malah merusak suasana hati, istilahnya killing the vibe. Memangnya untuk siapa wisata situs sejarah ini diperuntukkan? Untuk anak-anak TK dan SD, karena ada materinya di mata pelajaran? Apa dipikir anak-anak itu akan menikmati bermain di lokasi sekeramat ini? Atau yang disasar adalah keluarga yang punya anak kecil? Kalau iya, ngapain keluarga yang punya anak kecil mau berkunjung ke sini? Yakin deh, mereka lebih baik pilih main ke mall atau Taman Pintar. Anak tangga semen dan pagar besi memang memudahkan pengunjung namun semuanya terkesan modern sehingga kesan kunonya lenyap. Sungguh beda rasanya dengan makam raja-raja di Imogiri.

Tangga curam ke gua Selarong
Alangkah lebih indah jika kealamiannya dijaga dengan meminimalkan beton-semen serta segala hal yang berbau modern, dsb. Semestinya nilai sejarah bisa dijual tapi bukan dengan mengubahnya jadi arena bermain anak TK. Meski begitu, aku masih bisa mengimajinasikan bahwa dulunya gua Selarong pastilah tampak menyeramkan, bahkan sampai sekarang pun menurutku tetap menyeramkan. Pohon-pohon besar berusia tua masih kokoh berdiri (menyembul diantara cor semen), tingginya sudut kemiringan menuju gua (dari anak tangga cor semen juga). Dan jika semua nilai sejarah itu telah gagal hadir akibat sajian kulit luar yang kurang memberi empati hati. Maka mereka hanya bisa hadir dalam bayangan pengunjung. Aku sungguh ingin tahu apa yang Pangeran Diponegoro rasakan melihat markas gerilyanya telah kehilangan aura perjuangan.

(Jino Jiwan)

0 komentar:

Kisah Kereta Api pada Wingko Babad Semarang

20.05.00 jino jiwan 1 Comments

Mungkin tidak banyak yang tahu kalau wingko babad, penganan khas terbuat dari kelapa, tepung ketan, dan gula yang selalu menjadi oleh-oleh wajib Kota Semarang, Jawa Tengah ini bermula dari sebuah kota kecil bernama Babat, yang terletak di persimpangan antara Surabaya, Cepu, Jombang, dan Tuban, Jawa Timur. Barangkali tidak banyak pula yang menaruh perhatian pada kemasan wingko babad yang meskipun beragam, namun bila diperhatikan tampilannya nyaris serupa antara satu dengan lainnya. Seolah jika tidak BEGITU berarti BUKAN wingko babad asli Semarang. Mereka yang akrab dengan jajanan legit ini pasti setuju, bahwa wingko babad Semarang akan cenderung identik dengan cap dagang Kereta Api yang seakan telah menjadi ciri istimewa wingko.

Berawal dari kereta api, berkembang dengan kereta api
sumber: medianusantara.com
Sejarah wingko dan ‘kereta api-nya’ tak terlepas dari usaha yang dirintis suami-istri D. Mulyono dan Loe Lan Hwa yang merupakan warga asli Babat pada 1946 di Semarang. Rasa manis gurih wingko yang dijajakan di atas gerbong kereta api itu membuatnya cepat populer dan dinanti para penumpang. Banyak konsumen menanyakan nama produk tersebut. D. Mulyono yang memang tadinya belum mempertimbangkan nama untuk produknya, akhirnya memilih cap dagang  Kereta Api, tempat ia bekerja sebagai karyawan. D. Mulyono pun mendaftarkan cap dagang Kereta Api atas produk wingko babadnya pada 1958.
Cap dagang Kereta Api inilah yang memicu gambar sekaligus mengacu gambar, baik itu ilustrasi sentral yang digunakan maupun tipografinya yang selanjutnya menjadi dasar gaya desain bagi seluruh cap dagang wingko yang muncul kemudian. Termasuk di dalamnya usaha pembuatan wingko skala kecil dan menengah yang ingin menumpang ketenaran cap dagang Kereta Api demi keuntungan dalam waktu singkat.

Dunia selalu membutuhkan pionir, begitu juga wingko babad Semarang. Wingko Kereta Api D. Mulyono begitu berjaya. Sehingga sebagai perintis yang sukses, wingko babat (di kemudian hari huruf “t” pada babat berubah jadi “d”, wingko babad) D. Mulyono berperan bagai ‘panutan’ buat usaha wingko lainnya. Ilustrasi kereta api pada kemasan wingko D. Mulyono terlanjur begitu ikonik dan membekas, inilah yang dimanfaatkan para pesaingnya. Maka muncullah berbagai cap dagang susulan dari ‘kereta apilainnya yang ingin ‘melestarikan’ pendahulunya untuk meramaikan pasar wingko di Semarang. Mulai dari Kereta Api Diesel & Jet (1960), yang masih ada hubungan saudara dengan Loe Lan Hwa, kemudian muncul berturut-turut Cap Gaya Baru Malam (1970-an), Kereta Senja Utama (1970-an), Kereta Api Eksekutif (1979), Kereta Api Expres (1980-an), Cap Lokomotif (1990-an), Kereta Api Mutiara (1994), dsb. Tidak hanya pilihan nama cap dagangnya, segi tampilan kemasan pun turut mengekor pula, entah itu dari segi bahan, ukuran, tipografi, gaya ilustrasi, lay out, dan warna yang digunakan.

Menariknya, walau ada beberapa produsen yang dari awal sudah berusaha menghindari hal-hal berbau kereta api karena idealisme ”ingin beda”, gaya desain cap dagang Kereta Api-nya D. Mulyono baik yang versi awal maupun terbaru tetap jadi acuan. Terlebih setelah pada 2006 Ny Sinata (putri D. Mulyono dan Loe Lan Hwa), yang adalah pemilik wingko babad saat ini mensomasi produsen wingko babad lainnya yang mencatut nama Kereta Api serta desain kemasannya. Cap dagang pengekor Kereta Api pun segera mengubah nama dan desain tampilan mereka. Pengubahan itu dari yang signifikan hingga minor.

Kesan modernitas
Satu pesan menonjol dari desain kemasan wingko babad Semarang yaitu adanya semangat modernitas. Hal ini sudah tampak sedari awal kemunculan wingko di Semarang. Modernitas sendiri berarti kesadaran akan kekinian-sesuatu yang baru. Semarang pada masa itu adalah pusat perdagangan dan pelabuhan. Etnisnya yang begitu beragam; Jawa, Arab, China, Belanda. Rel kereta api pertama dibangun di kota ini sejak 1867, untuk kepentingan militer dan memudahkan lalu lintas hasil bumi. Kereta Api menjadi penghubung antar kota yang mampu menyingkat waktu tempuh perjalanan. Ia mendukung interaksi antar manusia dan merekatkan perbedaan budaya yang sangat berbeda. Fasilitas penunjang pemerintahan dan transportasi ini menumbuhkembangkan perekonomian setempat.

Pemilihan moda transportasi kereta api sebagai cap dagang menggambarkan fungsinya sebagai simbol modernitas. Masuknya wingko ke Semarang jelas terbantu oleh kereta api uap, sebuah teknologi modern ketika itu. Demikian pula dengan wingko kereta api lain yang berlomba tampil paling mutakhir mengikuti zaman. Semata untuk menunjukkan wingko kereta api terbaru lebih unggul dan lebih modern dari pada wingko kereta api D. Mulyono. Baik dari nama maupun ilustrasinya, dari embel-embel “diesel” sampai “eksekutif”, dari “gaya baru malam” hingga “senja utama. Uniknya, bila mau disanggah, penamaan produk makanan yang empuk dan manis ini tampak tak sesuai dengan karakter kerasnya besi, bahan pembentuk kereta api. Namun kenikmatan wingko babad ini nyatanya berasosiasi dengan kecepatan dan kenyamanan kereta api. Ilustrasi simbolik kereta api yang sederhana ini nyatanya adalah imbas sekaligus berkah dari keterbatasan baca tulis masyarakat umum di awal munculnya wingko.

Pasca somasi yang dilayangkan Ny Sinata, pemilihan moda transportasi lain menjadi alternatif untuk mengganti nama produk mereka. Cap dagang-cap dagang berikut adalah yang berbeda total; Pesawat Jet, Bus, dan Kapal Laut, kurang lebih memiliki filosofi yang serupa dengan kereta api di awal kehadirannya, yaitu pernah menjadi yang tercepat dan ternyaman pada masanya. Modernitas menuntut efisiensi kehidupan, efisiensi menuntut kecepatan. Cepat dan nyaman = nikmat. Inilah fungsi simbolik pertama.

sumber: kulinerenak.com
Sementara ilustrasi cap dagang wingko kereta api lainnya yang juga terkena somasi dan mengganti merk  dan ilustrasi, malah memilih simbol yang jauh dari kecepatan dan kenyamanan. Inilah makna simbolis kedua. Cap dagang Stasiun Lokomotif dan Stoom Mini-nya NN Meniko yang sekilas masih nyerempet-nyerempet Kereta Api. Stasiun lokomotif adalah pusat dari kegiatn semua kereta api jenis apapun, percuma punya kereta api tapi tidak ada stasiun. Stoom mini adalah mesin giling pembangun jalan yang menjadi dasar dari nyamannya transportasi darat yang berlangsung di atasnya. Keduanya menyasar filosofi kuno, klasik, dan sulit ditemukan, bermakna yang paling pertama atau paling awal. Ini terdengar mirip pionir juga.

Makna simbolis ketiga mewakili aspek jenis pengalaman produsen yang mendasari mereka memilih nama produk yang sangat berbeda. Seperti; cap dagang Cakra, Mangga Dua, dan merk Dyriana. Pemilihan nama cap dagang Cakra dilatarbelakangi karena produsen wingko menyukai kisah pewayangan. Cap dagang Mangga Dua, karena produsen terkenang area tempat ayahnya bekerja ketika merantau ke Jakarta (Mangga Dua adalah nama suatu daerah di Jakarta). Sedangkan cap dagang Dyriana hadir semata karena memang ingin berbeda saja. Ketiganya sama ingin tampil beda dengan kereta api dan transportasi. Mereka juga ingin dikenal sebagai yang pertama. Pada dasarnya modernitas kategori ketiga kemasan wingko ini dicirikan tiga hal: subyektifitas (manusia sadar diri sebagai pusat realita), kritik (artiya bebas dari tradisi, tidak terikat kultur), dan kemajuan (sadar waktu tidak kan terulang). Ketiga ciri ini mewarnai masing-masing cap dagang tersebut.

Dilihat dari sisi pragmatis kemasan, modernitas menyinggung antara lain mengenai pilihan bahan pembungkus wingko sendiri yang terbuat dari kertas. Secara teori kemasan harus ekonomis, ergonomis, distributif, memuat identitas sekaligus promosi, juga estetika dan jika perlu kemasan dapat memenuhi fungsi ekspresi nilai budaya setempat yang justru makin terlupakan. Pemakaian kertas telah menunjukkan sebuah kemajuan, jauh meninggalkan makanan tradisional lain yang masih menggunakan daun pisang atau anyaman bambu. Mengikuti prinsip form follows function (bentuk mengikuti fungsi). Selain terjangkau, kertas juga efisien berkat bentuk kemasan berupa amplop mirip angpao. Industri kertas yang sedang pesat  didukung industri cetak yang cukup maju pada saat itu (namun terbatas) membuat kertas kemasan dapat sekaligus berfungsi sebagai media dicetaknya identitas produk, yaitu nama cap dagang dan ilustrasi sentral. Kemasan wingko Dyriana bahkan terhitung yang paling berani mendobrak kebiasaan pemakaian kertas HVS, dengan kertas jenis yuvo yang dicetak full color berbentuk sachet yang licin dan tebal, demi menjamin wingko lebih tahan lama.

Dalam ilustrasi, teknis penggarapannya dapat menjadi patokan untuk mengukur modernitas. Cap Tiga Kelapa Muda merupakan salah satu yang diolah dari foto dan tampil monokrom. Dari segi ilustrasi latar, kemasan awal kepunyaan cap Kereta Api D. Mulyono awalnya memakai garis-garis bergelombang yang kemudian ditiru oleh cap dagang lain. Lucunya begitu cap Kereta Api mengubah latar belakang kemasan menjadi bercak-bercak tipis, kompetitor juga mengikutinya. Adapun ilustasi latar cap Stasiun Lokomotif mengingatkan susunannya yang mirip efek hologram.

Secara total dari 1958 hingga 2010, pengubahan yang terjadi pada desain kemasan wingko babad tidak begitu besar. Ada kecenderungan penggunaan ilustrasi berupa moda transportasi yang diambil dari sisi perspektif, ada pula yang menampilkan  modernitas teknologi transportasi yang paling baru, hingga desain kemasan dengan ikon buah mangga dan kelapa yang berani menegaskan diri bahwa mereka berbeda dari cap dagang yang telah mapan sebelumnya. Kemasan juga rata-rata masih sangat mengandalkan desain yang sangat simbolik dan setia pada pionirnya. Meski begitu, patut dihargai bagaimana upaya masing-masing produsen untuk tampil di hadapan konsumen dengan klaim sebagai yang pertama (pionir), yang terdepan (secara kualitas), dan ternikmat (paling asli) berkat berragam trik visual tersebut.

Disarikan dari skripsi: Desain Kemasan Wingko Babat: Studi Pengubahan Desain Kemasan Sejak Awal Kemunculannya Hingga Kini di Semarang (1958-2010) Oleh: Natalia Afnita. Program Studi Disain Komunikasi Visual, Jurusan Disain, Fakultas Seni Rupa, Institut Seni Indonesia Yogyakarta 2010.

Oh, btw. Tolong hargai penulis dan juga penelitinya dengan memberi kredit kepada yang berhak. Terima kasih.

1 komentar:

Cowok

13.02.00 jino jiwan 0 Comments

Atau cowo; alias boyfriend; atau laki; atau man adalah mahkluk sempurna dengan bentuk sempurna dan pekerjaan sempurna juga berpenghasilan sempurna yang amat diidamkan cewek seumur hidupnya. Apalagi mereka yang waktu kecil kebanyakan nonton film tentang princess-princessan dan mengidolakan princess dan ingin jadi princess. Cowok dituntut untuk ‘sukses’ oleh cewek tanpa cewek sendiri bisa menjelaskan arti sukses itu lebih jauh dari, kaya; punya mobil banyak; punya rumah; punya anak buah. Akibatnya cowok pun termotivasi untuk bisa ‘sukses’.

Cowok yang diharapkan
-          Tinggi (antara 167-185 cm)
-          Putih (alias brightness nya 70-100%)
-          Bermuka Korea
-          Badan tegap simetris dada bidang sempurna
-          Modis dengan gaya rambut masa kini bukan masa kuno
-          Tajir (punya mobil, rumah, anak buah)
-          Klimis, atau dengan cambang tipis yang halus. Tak lupa membawa pisau cukur dan after shave kemanapun pergi. Hal ini lah jarang bisa didapat Cowok bermuka Korea. Jadi kesempatan kalian ada di sini.
-          Wangi, tak lupa bawa parfum ke mana-mana
-          Bawa sapu tangan
-          Punya BB atau smart phone (stupid phone dengan ring tone polyphonic dianggap najis berat)
-          Punya senyuman maut yang bisa bikin Cewek sekarat
-          Pandai merayu
-          Jago mencumbu
-          Mau ngasih uang belanja
-          Mau nemenin belanja (Ini nih!)
-          Ngebiayain salon dan
-          Mau nge-gym bareng

Hobi cowok yang diharapkan cewek
-          Basket
-          Futsal
-          Renang
-          Golf
-          Balap liar (sumpah! Cewek gila banget sama pebalap liar. Liat aja FastFurious kalo gak percaya)
-          Nge-gym

Profesi ideal yang diidamkan
-          Anak band
-          Anggota boyben
-          Artis sinetron/FTV
-          Pebalap motor
-          Pebalap mobil

Hobi Cowok yang entah kenapa dihindari Cewek (kenapa coba?)
-          Baca buku
-          Kutu buku
-          Nonton film
-          Main game
-          Koleksi komik, terutama Manga dan Amerika

Hobi Cowok yang adu duh enggak banget
-          Koleksi bokep
-          Koleksi bokep buatan sendiri (mungkin masih bisa ditolerir kalau si cowo adalah Ariel)
-          Main mercon
-          Koleksi boneka (boneka barbie lagi)
-          Kecuali koleksi berlian, emas, permata, atau koleksi mobil sport mewah

Cowok yang akhirnya didapatkan
-          Perokok
-          Bau dan malas mandi
-          Bau keringat
Hobi Ngorok

0 komentar: